Sumatran Rhino

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan satwa terancam punah yang saat ini dilindungi oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang “Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi” dan masuk dalam daftar merah International Union for Conservation (IUCN) dengan status critically endangered (CR) serta dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) berstatus Appendix 1, artinya tidak boleh diperdagangkan secara internasional.

Identifikasi
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) adalah salah satu jenis mamalia yang masuk kedalam suku Rhinocerotidae yang masih tersisa di dunia selain badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), badak india (Rhinoceros unicornis), badak putih (Ceratotherium simum), dan badak hitam (Diceros bicornis).

Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang cula bagian depan (anterior) berkisar antara 25-80 cm sedangkan cula belakang (posterior) relatif pendek dan tak lebih dari 10 cm.

Tubuh badak sumatra ditutupi oleh rambut sehingga disebut juga hairy rhinoceros. Badak sumatra memiliki 3 kuku pada masing-masing kakinya (masuk kedalam ordo perrisodactyla)

Persebaran dan Habitat
Pada masa lalu, badak jenis ini tersebar di India, Bhutan, Bangladesh, Myanmar, Laos, Thailand, Malaysia, Tiongkok, dan Indonesia, namun saat ini badak Sumatra hanya dapat ditemukan di Indonesia yaitu di pulau Sumatra dan Kalimantan. 

Perilaku
● Merupakan satwa soliter
Badak sumatera merupakan satwa penjelajah yang hidup sendiri (soliter), kecuali saat kawin atau pada saat mengasuh anak, betina akan bersama anaknya sekitar 2-3 tahun. Jantan memiliki area jelajah yang lebih luas dibanding betina.

● Berkubang
Badak sumatera memiliki perilaku berkubang untuk menjaga suhu tubuh dan menghindari parasit yang menempel pada kulitnya. Kubangan badak berbentuk oval, memiliki dinding, dan terdapat tanda keberadaan badak seperti gesekan cula dan adanya tapak badak di sekitar kubangan

● Salt lick
Badak melakukan salt lick (mengasin) untuk memenuhi kebutuhan garam mineral yang diperlukan untuk membantu proses metabolisme dalam tubuhnya

Tanda keberadaan Badak Sumatra
Tanda-tanda keberadaan badak berdasarkan perilaku hariannya yaitu adanya bekas tapak, bekas kaisan (scatch), adanya bekas gesekan tubuh pada pohon (biasanya ditandai adanya lumpur dan terkadang meninggalkan rambut yang menempel), bekas pelintiran, bekas gigitan atau patahan, bekas urin pada daun, dan adanya kotoran badak.

Ancaman
Perburuan jenis satwa ini akibat permintaan cula badak dengan harga yang cukup fantastis menjadi ancaman serius dan penyebab berkurangnya populasi badak di alam liar.

Selain ancaman perburuan, fragmentasi habitat dan berkurangnya hutan-hutan sebagai habitat badak, serta perilaku badak yang soliter juga memungkinan menjadi penyebab sulitnya individu jantan dan betina bertemu yang mengakibatkan tidak dapat terjadinya perkawinan antar individu badak dan menyebabkan tidak adanya pertumbuhan populasi, bahkan menyebabkan populasi badak sumatra semakin menurun.